Rabu, 16 September 2015

Karena berjuang tidak sebercanda Aku

Diposting oleh Unknown di 17.24
"sabar ya fir"

Aku tersenyum kecut ketika membaca rentetan nasihat dsb. dari pesan singkat beberapa orang terdekatku. Bukan, bukan tidak mau menerimanya. Hanya saja aku muak, dalam arti, aku terlalu bosan mendengar belas kasihan mereka.
Lantas, jika aku dikasihani, apa pengaruhnya? agar semakin kuat menjalani hidup?


Saat ini, aku hanya butuh bernafas sejenak lalu kembali berjuang. Bukan dikasihani layaknya ini adalah akhir dari segalanya. Toh, Allah pasti akan memberi kemudahan setelah kesulitan kan? dan aku yakin akan hal itu.

Tidak, kamu tidak salah karena menasihatiku. Yang salah adalah aku terlalu sensitif, mungkin.

Aku teringat sekilas tentang tulisan terakhirku, yang menuntutku untuk bangun dari mimpi dan menceritakan kisah indah di tahun ini.
tunggu, indah? ah bahkan aku lupa bahwa ada setitik keindahan disana. Ya, aku lupa bahwa aku meraih peringkat 2 di sekolah tahun ini. Tidak sepenuhnya lupa mungkin, hanya kurang peduli. Mimpiku seakan menerobos setiap celah otakku hingga aku terlalu memprioritaskannya. Entahlah, yang ada dalam otakku saat itu hanya; aku ingin membanggakan kedua orangtuaku, klasik.

Sebagaimana "mimpi hanya akan menjadi mimpi jika kita tidak berjuang" memang benar. Tapi kembali lagi, sekeras apapun perjuanganmu jika belum diridhoi sang pencipta, tentu akan tetap menjadi mimpi, bukan?

Aku berusaha sekeras apapun yang kubisa untuk menggapai mimpiku. Lelah, yah memang, tidak ada perjalanan yang tidak melelahkan, tapi ini salahku, aku lengah. Dan saat aku menyadari satu hal; orangtuaku--yang tak pernah merasa lelah untukku, aku mulai menggertak tubuh dan otakku, memaksanya untuk bekerja lebih keras daripada biasanya. Demi mimpi, batinku.

Hari terus berlalu dan yang kutunggu pun tiba. Dengan perasaan 99% pasrah, aku membaca halaman demi halaman dimana di dalamnya memuat ribuan nama, kemudian berharap cemas mencari namaku. Sampai akhirnya halaman terakhir sudah kubaca, tidak ada? Oh mungkin terlewat. Aku membaca ulang pdf itu dan kembali pasrah. Iya, tidak ada.

Aku tidak menyalahkan siapapun, juga tidak terlarut dalam kesedihan cz I had tried my best. Pun, sebelumnya juga I have prepared for the worst. However,  kecewa terbesit sedikit dalam diriku, ya kecewa karena aku sempat lengah, dan kecewa bersifat manusiawi kan?

Mungkin belum jodoh, they said. iya, belum rezeki 'kok. Karena aku tau, Allah akan menjawab setiap usaha hambanya dengan; iya, sekarang. / belum, usaha lagi. / tidak, ada yang lebih baik.

Bukankah dalam hidup segalanya harus diperjuangkan? so, perjuanganku belum selesai, aku masih harus menghadap dunia dan menunjukkan mimpi sudah berada di tanganku; nanti, sebentar lagi, tunggu.
Menurutku, kalau kita belum berhasil, aku/kamu belum siap berjuang, berarti. :)

at least,
Hi bunda, ayah, dan semesta.
Maaf, aku masih belum bisa mewujudkan mimpi kalian; mimpi kita.
Salahku, aku yang terlalu meremehkan proses hingga akhirnya gagal adalah pilihanku, iya, hidup adalah pilihan, bukan?
setidaknya, satu mimpiku terwujud bun, yah, ta.

love regard.

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Rainbow Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos