Haallo kembali lagi dengan cerita pendek dari aku!
Mau tau, mau baca??? Stay in my blog yaa J
Putri kecil
Hari ini terpaksa aku (ega) pulang sekolah lewat jalan
kampung yang jarang aku lewati. Kusam, kotor, dan menjijikan bagiku. Karena
alasan supirku sakit, beginilah nasibku -_-
Bulu kudukku
Merinding seketika melewati jalan sempit yang diapit bangunan besar di
sampingnya.
Seketika itu Terdengar suara merintih, entahlah mungkin
hanya imajinasiku belaka atau mungkin …?
Semakin dekat kearah jalan keluar, suara itu semakin
dekat denganku..
“hallo, ada orangkah?” teriakku yang kemudian diikuti
suara gema. Suara itu terdengar seperti…. Nah itu, itu dia orangnya.. aku
melihat seorang perempuan yang bersandar pada sebuah tembok di ujung jalan
sempit. gaunnya panjang berwarna putih dan kusam, rambutnya tergerai lurus dan
wajahnya sangatlah pucat. Perasaanku
aneh, antara takut dan penasaran. aku bertekad untuk mendekatinya, ya aku akan
berusaha. Begitu batinku.
“hai” sapaku.
Dia masih tertunduk lesu dan terus menangis.
Aku duduk disampingnya dan mencoba menenangkannya. “kamu
kenapa? Don’t cry J”
ucapku.
Dia membalas responku kali ini dengan mengangkat
kepalanya dan menatapku lalu tersenyum.
“ada apa denganmu? Kenapa disini?” tanyaku penasaran.
“aku,aku ingin bertemu ibuku. Aku sangat merindukannya…
sungguh.” Ucapnya sambil mengusap air matanya yang masih terus mengaliri pipi
mungilnya.
“dimana ibumu??” tanyaku.
“di kampung daerah sini. Ini tempat terakhirku… aku tak
mungkin kesana karena aku sudah lama pergi darinya, dan ibuku pasti akan heran
dan tidak percaya, aku tak bisa -.-“ balasnya lalu memandangku.
Apa maksud dia? -_-
“why?? Ayo aku antar, pasti ibumu menghawatirkanmu.. kalau
boleh tahu umurmu berapa?” balasku membalas tatapan matanya.
“aku tidak bisa, maaf! Umurku 13 thn. Hmm boleh kutanya
namamu?” jawab perempuan itu.
“aku rega panggil aja ega.. wah umurku 14 thn. Aku dan
kamu hanya beda satu tahun.. putri kecil J”
balasku
“ohh ega terima kasih atas semuanya, aku tak bisa lama2
karena waktu sudah larut malam, kamu sangat baik. aku pamit” ucap putri kecil
lalu berlari menjauhiku dan tak lama kemudian tidak terlihat lagi dari
pandanganku.
Aku lupa. Aku bodoh. Kenapa aku tidak menanyakan namanya.
Siapa dia? Dia mau pulang kemana? Bukankah rumah ibunya di daerah sini?. Kenapa
tadi aku diam dan tidak mencegah dia untuk tidak pergi dahulu. Bodoh! Benar
benar bodoh. Aku tak tahu apakah nanti akan berjumpa lagi dengannya. Aku ingin
membantu untuk menemui ibunya…. huh
Sepanjang perjalanan pulang aku memikirkannya.. sampai
tidak menyangka bahwa aku sudah sampai depan rumah.
Hari sudah larut malam, matahari pun sudah terbenam. Aku
yakin pasti mama marah dan menasihatiku dengan panjang lebar.
“eh dari mana saja kamu ga? Sudah malam gini baru
pulang.” Ucap mama yang sudah menjagaku di pintu masuk dari tadi.
“mamaaa…. Tadi tuh ada pelajaran tambahan, jadi pulang
sore, dan tadi pak juju gak bisa jemput juga kan ma. Yaudah terpaksa jalan
lewat kampung! Gak biasanya loh aku mau jalan, bukannya mama sendiri yang
nyuruh aku biar mandiri?” haha aku membuat alasan yang mungkin mama akan
percaya dengan perkataanku tadi.
“serius kamu tadi ada pelajaran tambahan? Yaudah sana
ganti baju. Lain kali bilang dulu!” ucap mama.
Yess berhasil.
“iya ma… okedeh” balasku lalu berlari ke kamar karena
rasanya tulang2 badanku remuk. Capek.
=>
Mengingat putri kecil tadi… aku jadi senyum senyum
sendiri! Dia cantik, lembut dan manis. Masa sih aku menyukainya?. Dia sangat
beda dari perempuan yang sudah pernah aku temui. berry, sherra, casey dan yang
lainnya… memang mereka itu keren, gak kampungan dan tau sendiri lah anak2 gaul
kayak gitu.
Tapi putri kecil sangat baik… aku mengaguminyaa J
=>
“cieee egaa bawaannya sumringah banget. Gue tahu nih.
Kalo kayak gini pasti dapet pacar baru, atau, atauu….” Ucap nezel waktu aku
tiba di sekolah.
“ mulai dehhh…. Wahahah engga engga. Mana pacar barunya?
Ngarang banget lo zel” balasku lalu join dan duduk diantara teman2ku.
“siapa lagi nih? Ketsha? Atau reva? Atauuu…”
Pletak… aku memukul kepala dewa dengan buku yang ada di
meja. Entah punya siapa.
“yaelah bercanda doang ga.. maafkan gue ga, salah gue apa
sihh? Kan Cuma ngomong blak2an.. -_-“ ucap dewa.
“wekwekwek dasar dewa… udah deh yok masuk” balasku lalu
berdiri dan meninggalkan mereka.
=>
Pulang sekolah. Hem rasanya aku ingin pulang sendiri
lagi, tau kan alasannya kenapa. Itu lah, aku ingin bertemu putri kecil. Hey!
Bukan karena aku menyukainya, tapi satu hal, aku masih ingin membantunya. J
Aku baru saja menelfon pak jueng agar tidak menjemputku
hari ini. Mama juga pasti bingung akan sikapku yang aneh seperti ini. Tapi
yasudahlah mama juga pasti bangga karena menurut dia aku sudah lebih mandiri :D
=>
Terlihat olehku seorang perempuan kecil dengan gaun putih
kusam yang sedang bersender pada sebuah tembok. Tak salah lagi, pasti putri kecil.
Ya benar. Dia sedang merenung . tak tahu apa yang sedang dipikirkannya.
“ega” ucap putri kecil. Dia sudah menyadari keberadaanku
walau badan dan kepalanya tidak menghadapku.
“iya. Ini aku. Kamu kenapa? Kamu setiap hari disini putri
kecil?” balasku lalu duduk disampingnya.
dia mengangguk lemah. Dan pandangannya masih lurus
kedepan.
Banyak pertanyaan dalam otakku yg ingin aku katakan
padanya. Tapi aku bingung, aku takut menyinggung perasaannya, aku takut, bahkan
sekarang aku gemetaran dan keringatku bercucuran.
“ka kamu ittu pegang apa?” ucapku berusaha untuk tidak
menanyakan hal yang sudah aku rencanakan dari kemarin, karena aku takut. Dan
kali ini aku melihat selembar surat lecek yang dilipat dan ada bunga mawar
merah layu diselipkan di dalamnya.
“ini, hem ini surat untuk mamaku. Sebenarnya aku ingin
menitipkan ini padamu. Tapi aku takut kamu keberatan.” Balasnya lalu menatapku.
Aku kaget ketika ia mentapku. Bukan apa2, tapi karena
satu hal, kenapa mukanya lebam? Banyak memar. Aku semakin prihatin padanya. Aku
tambah penasaran. keringatku bertambah banyak dan kini aku hampir ‘gak’ kuat
akan semua kenyataan ini. Dan kali ini aku merasakan AKU TAKUT SAMA PUTRI
KECIL. Aneh. Aku ingin menjauhinya tapi aku tidak tega. Dan dia juga ingin
menitipkan surat padaku. Apa boleh buat. Tapi rasa takutku kali ini benar benar tidak wajar. L
“hai kamu kenapa ?” Tanya putri kecil menggoyangkan
tanganku pelan.
“hmm m ga papa. Hehe” balasku sambil mengusap keringat.
“ini. Aku titip yaa. Kamu ga keberatan kan? Ini
alamatnya, kamu ga akan kesasar karena aku yakin tidak jauh dari sini. Dan aku
harap secepatnya ya mengantar surat ini. Jangan sampai tanggal 13.” Balasnya
lalu menyerahkan surat itu padaku.
“iya. Aku usahakan. Oh ya, namamu siapa kalau boleh tahu”
ucapku lalu memasukkan selembar surat itu ke dalam ransel.
“aku ayas. Aku tidak bisa lama2. Terima kasih ega”
ucapnya lalu tersenyum ke arahku.
“tungguuuu” teriakku.
“kenapa?” tanyanya.
“aku akan mengantarmu kali ini. Harap jangan bantah. Aku
ingin mengetahui rumahmu agar aku bisa mengunjungimu.” Ucapku lalu berlari
kecil untuk menghampirinya.
“yasudah” balasnya.
Kemudian aku mengekor di belakang dia.
=>
Sudah sore sekali. Bahkan hampir maghrib. Sungguh aku takut
diomelin mama. Tapitapitapi rumah ayas sangat jauh. Tanggung kalo balik, karena
katanya dikit lagi sampai. Yasudah aku mengikutinya.
“jauh sekali rumahmu.” Ucapku
“siapa yang suruh kamu ikut. Ini, didalam sinilah
rumahku. Sudah jangan ikut masuk, karena sudah malam. Pulanglah. Terima kasih
telah mengantarku . aku pulang dulu.” Ucapnya lalu menghilang dari pandanganku.
Aku masih tidak percaya. Rumahnya? Hutan? Hah? Tapi
positive thinking aja. Karena aku yakin didalam hutan itu ada rumah yang
mungkin aku tidak tahu.
Lalu aku bergegas pulang dengan lari kencang meninggalkan
hutan itu karena aku takut dihukum mama.
=>
Lagi lagi aku pulang kena omel mama. Kali ini mama tidak
percaya dengan omonganku, karena mama sudah mendapat bukti dengan menelfon teman2ku.
nasib.
Tok tok tok.
Aku Kaget ketika sedang mengeluarkan surat yang tadi ayas
titip tiba2 ada suara ketukan pintu.
“masuk” teriakku.
“heey..” balas kak galdi setelah duduk disampingku.
“hee.. ada kakak” balasku.
“baru pulang ya? Ehh itu itu apa?” Tanya kak galdi sambil
menunjuk surat lecek itu yang aku taruh di meja belajar.
“itu. Ohh itu surat” jawabku lalu kembali konsentrasi
pada laptop untuk mengerjakan tugas sekolah yg terlantar.
“surat? Kok lecek? Dari siapa?” Tanya kak galdi lalu
mengambil surat itu.
“eeh jangan dibuka.” Aku langsung merebut surat itu dari
tangan kak galdi dan memasukkannya kedalam tas.
“dari siapa? Pacar yah?” Tanya kak galdi.
“ihh bukan. Dari ayas. Kakak kenal?” tanyaku.
“ayas? Ayas? Ayas mana? Yang rumahnya di didekat jalan sempit
itu bukan?” tebak kak galdi.
“iyaaa.. kok kakak bisa tahu” balasku lalu menatap wajah
kak galdi.
“oh hm mm ga,ituu waktu kecil mm suka lewat depan rumah”
jawabnya.
Lalu kak galdi pergi meninggalkanku tanpa pamit.
Kak galdi kenapa? Aku nanya serius, malah kayak orang
aneh gitu jawabnya.-_-
=>
Pulang sekolah kali ini aku berniat untuk pulang sendiri
lagi, Karena aku ingin meminta maaf ke ayas belum bisa mengantarkan surat yang
dititipkannnya.
“yas” panggilku seketika sampai di jalan biasa tempat merenungnya
ayas.
Ayas lalu menengok ke arahku. Aduuh. Apa yang aku rasakan
sekarang? Bulu kudukku serasa berdiri. Melihat muka ayas yang terlalu pucat,
aku jadi tambah takut, ingin sekali aku kabur dari sini. Tapi satu hal yang
belum aku selesaikan, aku belum mengantarkan surat titipannya.-_-
“mmmm, aku, aku belum bisa memberi surat ini pada ibumu
yas. Maaf yah” ucapku sambil mengeluarkan surat pemberiannya.
“oh tidak apa2. Tapi aku harap kamu segera
mengantarkannya. Mm ga, kamu sangat baik. sungguh aku sangat senang mempunyai
teman sepertimu. Terima kasih ga… aku harus pergi. Semoga kita berjumpa lagi”
ucap ayas lalu berlari meninggalkanku.
“hey…. Aku, akuuuuuu” TELAT. Dia sudah pergi jauh dariku.
Huuuuh!! Dia kenapa sih? Ada yang salah denganku?
Kenapa???
=>
Dengan langkah terburu2 aku segera pergi menuju alamat yg
sudah dicantumkan oleh ayas di depan surat.
Naah… itu dia rumah menurut petunjuk ini. Semoga benar!
“permisi” ucapku.
Tak ada jawaban.
“ada orangkah?” teriakku.
“iyaa tunggu sebentar” balas seorang ibu.
Huh syukurlah.
“mmm… ada apa ya?” Tanya ibu itu.
“ibu, benarkah ibu orangtuanya ayas?” tanyaku.
“ayas? Laras? Iya saya orang tuanya. Ada apa ya?”
balasnya
“mm saya ingin mengantarkan surat ini pada ibu” balasku
lalu mengambil surat yang tersimpan di dalam tasku.
“apaaa? Surat?” ucap ibu itu dengan suara meninggi.
“iya bu, ini” balasku lalu menyodorkan surat itu padanya.
Dengan tergesa2 ibu itu membacanya, tak lama air matanya
mengalir, semakin deras, dan semakin deras.
Aku masih dengan tampang bodoh keluar mengikuti ibu yang
berlari ke suatu tempat yang aku tak tahu arahnya.
Tunggu…………………………………
Tempat ini, tempat ini hutan. Hutan? Hutan? Rumahnya
ayas? Yaa, mungkin ibu ingin menemuinya..
Setelah lama aku mengikuti ibu masuk ke dalam hutan. Ibu itu
menjatuhkan surat yang dari tadi digenggamnya.
“ayasssssssssssssssssssss” teriaknya.
Aku mengintip dan melangkah ke depan. Penasaran Apa yang
sedang ditangisi sang ibu.
Seketika itu…
Aku pilu melihat kenyataan yang sebenarnya, tak bisa
berkata apa2, mungkin sekarang aku jadi patung dengan tampang bodoh yang memang
bodoh!
Aku tidak kuat, saat ini aku bungkam. Sedangkan ibu masih
terus menangis dan menangis..
Aku melangkah mundur, pelan, pelan, lalu aku berlari
sambil mengusap air mataku dipipi.
Semakin aku melupakan semuanya semakin aku menangis. L
=>
Aku langsung masuk menabrak pintu. Melewati kakakku yang
sedang bingung menatapku, lalu masuk kamarku.
aku duduk di sofa. Entah apa yang kurasakan sekarang.
Semuanya jadi aneh.
“kakak tahu semuanya ga” ucap kak galdi sambil duduk di
kasurku.
Aku tak melihat kak galdi ada dikamarku. Yang aku tahu,
barusan dia di bawah menonton tv.
“tau apa sih kakak?” balasku sewot kali ini.
“ga usah sewot. Ya kakak tahu ayas itu siapa” balas kak
galdi.
“trus?” aku berdiri di depannya dan menatap tajam ke
arahnya.
“jangan bikin aku sakit lagi kak” sambungku kemudian
berlalu dari hadapannya.
“siapa yang mau bikin lo sakit?” kak galdi mencegah aku
keluar kamar dengan mencengkram pergelangan tanganku erat.
“lepas kak lepas. Udahlah buat apa sih ngomong sama aku?
Toh akunya gak bakal dengerin omongan kakak” balasku kembali menatap kak galdi.
“eh boy. Cengeng banget sih! Ga malu sama jenis kelamin
lo? Hah?. Kakak cuuu…”
“mau apa lagi ka??? Aku tau kok kak. ayas itu udah meninggal 2minggu yang lalu.
dia dikubur di hutan sebelah. Arwahnya masih gentayangan karena dia belum
bertemu ibunya. Dia diperkosa di jalan sempit yang sering aku lewati. Aku
sering lihat dia pucat ya karena dia MAYAT. Aku sering liat muka dia lebam
karena dia DIPUKULIN sebelum di perkosa. Kenapa aku disuruh kasih surat ke
ibunya dia sebelum tgl 13? Karena hutan itu akan digusur.
Dia MAYAT kak MAYAT. Apa udah cukup kak?? Kenapa kakak
gak kasih tahu aku sebelumnya? Kakak suka aku kayak gini? Aku suka dia kak……
tapi bukan itu yang bikin aku sedih. Aku ga percaya akan semua ini. Padahal aku
berharap ini ada ujungnya, ya memang ada ujungnya, ujungnya ketahuan dia itu
udah meninggal. Tapi bukan itu yang aku mau!!!!” ucapku memotong pembicaraan
kak galdi dengan air mataku yang mengalir tak terhenti. Lalu aku menjatuhkan diriku ke kasur.
“gue ga mau kayak gini ga. Gue kakak lo. Gue Cuma pengen
lo yang tau sendiri. Percuma juga kalo waktu itu gue kasih tau lo duluan. Lo
juga gak bakal ngerti dan gak bakal percaya sama omongan gue.” Ucap kak galdi
masih berdiri di depan kasurku.
“kapan sih kakak ngehargain adiknya sendiri? Ga usah pake
gue elo kak…. Ga enak banget tau ga si. Emang aku siapa kakak pake gue elo?
Iyah, pasti aku ga akan percaya. Tapi kalo kakak kasih
tau duluan, aku gak bakal sesedih ini kak…. Paling aku Cuma: OH bener ternyata
omongan kak galdi! Ga sedih sampe termewek mewek kayak gini! Udah keluar deh
kak. Aku gak mau diganggu.” Balasku lalu menutup muka dengan bantal.
“ga. Maafin aku ya” balas kak galdi lalu keluar dari
kamarku.
=>
Setelah lama tertidur.
Aku melihat surat yang sama persis aku kasih ke ibunya
ayas.
Aku segera mengambil surat itu.
Ga….
Makasih banyak ya J
Sekarang aku udah tenang. Aku emang udah gak ada. Tapi
aku akan ada kalo kamu butuh aku J
Aku seneng banget punya temen kayak kamu.
Aku sayang kamu ga…
Makasih atas selama ini.
Aku akan tetap menjadi putri kecilmu
-ayas
THE END
nb: maaf masih jelek J yadduu masih ada loh
cerpen dari aku In here, just in my blog.
tapi ga
banyak -_- dan masih berantakan.
Want to
read? Check: my label “cerpen”.
Thankyou
:*